Waktu baca ± 10 menit
AG Cereal (Alga Gold) merupakan salah satu produk manifestasi dari Inovasi KONSEP KARNUS. Dibuat dari Kombinasi bahan-bahan nutraceutical pilihan yang efektif, alamiah dan aman, yang diolah secara modern dengan teknologi nano untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan terapi kesehatan yang direkomendasikan.
Nutraceutical adalah suatu bahan pangan yang memiliki kandungan nutrisi tertentu yang memiliki manfaat kesehatan atau pengobatan. Kata "nutraceutical" adalah kombinasi dari kata "nutra yang berarti nutrisi" dan "ceutical yang berarti obat", diperkenalkan pada tahun 1989 oleh Stephen L. DeFelice, pendiri dan ketua dari Yayasan Kedokteran Inovasi (the Foundation for Innovation in Medicine). Istilah nutraceutical didefinisikan oleh Stephen De Felice sebagai ‘‘ zat apa pun yang merupakan makanan atau bagian dari makanan yang memberikan manfaat pengobatan atau kesehatan, termasuk pencegahan dan perawatan penyakit”. Nutraceutical seringkali disebut sebagai functional foods atau makanan fungsional.
AG Cereal adalah Produk Nutraceutical yang disiapkan untuk membantu memperbaiki gangguan metabolisme pada tubuh, membantu proses penyembuhan berbagai penyakit degeneratif dengan cara alamiah yaitu menggunakan bahan nutrisi fungsional, untuk membantu mengatasi berbagai gangguan kesehatan, antara lain:
Produk ini sudah melewati proses uji lab, dan sudah terbukti Khasiat dan keamanannya.
Komposisi bahan yang ada dalam AG Cereal diantaranya adalah Pati Resisten dari buah pisang jenis tertentu, Kolagen halal Tipe 1 dan 3, oatmeal, bekatul yang terstabilkan, alga dan Coklat bubuk.
Komponen bioaktifnya adalah leucocyanidin, isoquercitrin, quarcetin, pati resisten yang bersifat probiotik, berbagai asam amino dari kolagen, beta glukan, alfa tokoferol, tokotrienol, oryzanol, senyawa fenolik, dan antosianin, mengandung antioksidan vitamin E (tocols), asam fitat, asam fenolat, dan avenantramides, mengandung berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin A, C, B6, B12, zat besi, fluor serta sebagai sumber protein lainnya.
Selain bermanfaat untuk menjaga kesehatan organ lambung dan memiliki efek kuratip terhadap berbagai penyakit yang berkaitan dengan organ lambung, AG Cereal juga sangat baik digunakan untuk membantu proses penyembuhan penyakit diabetes. Setidaknya ada 6 peran AG Cereal yang saat ini difahami, yang berkaitan dengan poses perbaikan penyakit diabetes, yaitu:
Komponen bioaktif dari AG Cereal yang berperan dalam perbaikan penyakit diabetes:
Diabetes adalah suatu penyakit yang dianggap momok yang menakutkan oleh sebagian masyarakat. Karena apabila seseorang sudah di vonis menderita penyakit diabetes maka dapat dipastikan bahwa beberapa organ vital di dalam tubuhnya akan mengalami kerusakan yang bersifat progresif.
Saat mendengarkan kata "diabetes", maka kebanyakan orang mungkin membayangkan tentang suatu penyakit yang mengerikan, seperti penyakit ulkus gangren, yaitu penyakit yang membuat kaki menjadi busuk sehingga harus diamputasi, matanya menjadi buta (retinopati, katarak, glaukoma), mengalami luka yang sulit untuk sembuh bahkan sampai membau dan membusuk, bahkan terkadang lukanya sampai mengandung nanah, ginjalnya juga berpotensi mengalami kerusakan bahkan sampai harus melakukan terapi cuci darah yang menyakitkan serta berbiaya mahal.
Beberapa pasien laki-laki juga dilaporkan mengalami impotensi alias lemah syahwat sehingga seringkali menyebabkan terjadinya masalah dalam rumah tangga. Pasien diabetes kemungkinan besar akan mengalami kerusakan di pembuluh darahnya baik di makroangiopati maupun mikroangiopati, sehingga menyebabkan terjadinya penyakit gagal jantung, stroke, autoimun, dan berbagai penyakit mengerikan lainnya.
Terjadinya penyakit diabetes di awali dengan adanya resistensi insulin dan kerusakan pada sel beta pankreas. Resistensi insulin dan terjadinya kerusakan sel beta pankreas akan menyebabkan gangguan pada keseimbangan hormon insulin yang berperan terhadap regulasi glukosa dalam darah, sehingga menyebabkan terjadinya hiperglikemi (kadar glukosa darah yang tinggi).
Untuk menuju tegaknya vonis diabetes tersebut sebenarnya memerlukan waktu yang cukup panjang, bisa bertahun-tahun bahkan bisa mencapai 10 tahun semenjak pasien tersebut mulai mengalami masalah hiperglikemi atau terjadinya fluktuasi kadar glukosa yang meninggi di dalam plasma darahnya. Seringkali pasien baru menyadari kalau dia telah mengalami diabetes, setelah mulai memeriksakan dirinya ke dokter karena sudah banyak keluhan penyakit.
HARAP DIPERHATIKAN DAN HARUS ANDA FAHAMI....!
Proses terjadinya "diabetes yang sebenarnya" itu memerlukan waktu yang lama semenjak mulai adanya masalah hiperglikemia dalam tubuh, dan saat seseorang di vonis telah mengalami diabetes maka berarti itu artinya di dalam tubuhnya sudah mengalami banyak kerusakan, oleh karena itu proses penyembuhan penyakit diabetes pun tentunya akan memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Pengobatan penyakit diabetes tidak hanya sekedar menurunkan kadar glukosa dalam darah, namun juga harus mampu memperbaiki kerusakan sel beta pankreas yaitu organ yang bertugas untuk memproduksi insulin, memperbaiki sensitivitas insulin, mengembalikan keseimbangan hormonal dan enzim di dalam tubuh dan juga harus mampu memperbaiki kerusakan yang terjadi pada sel endotel pembuluh darah sehingga fungsi sistem peredaran darah akan kembali menjadi normal.
Namun apabila pasien masih berada di fase prediabetes, dimana sudah mengalami terjadinya hiperglikemia namun produksi hormon insulinnya masih mampu mengimbangi jumlah glukosa dalam darah, meskipun sel beta pankreasnya harus bekerja keras untuk memproduksi insulin, maka proses penyembuhannya juga relatif akan jauh lebih mudah di bandingkan dengan pasien diabetes yang sudah mengalami kerusakan di dalam jaringan tubuhnya serta yang sudah bergantung terhadap insulin buatan.
Satu ciri khas dari penyakit diabetes adalah adanya hiperglikemia (tinggi glukosa dalam darah) yang kronis yang sudah akut pada pasiennya. Penyakit Diabetes terjadi, setelah sebelumnya berawal dari adanya hiperglikemia kronis yang berlangsung lama di dalam tubuh. Hiperglikemia adalah suatu kondisi dimana terjadinya kelebihan glukosa di dalam darah yang melebihi batas normalnya.
Kadar glukosa dalam darah yang meninggi tersebut terjadi karena glukosa tersebut tidak mampu di serap oleh sel tubuh sehingga menyebabkan glukosa menjadi menumpuk di dalam saluran darah.
Hal ini karena adanya masalah pada reseptor sel yang mulai menurun kepekaanya terhadap hormon insulin yang berperan dalam komunikasi sinyal pada reseptor yang ada di permukaan sel untuk membuka diri dan menyerap glukosa masuk ke dalam sel.
Dasar dari terjadinya diabetes itu karena adanya Hiperglikemia yang berlangsung sangat lama di dalam tubuh. Dan dasar dari terjadinya hiperglikemia tersebut adalah karena adanya gangguan keseimbangan hormonal yang menyebabkan terjadinya Resistensi Insulin dan Disfungsi Sel Beta Pankreas.
Resistensi insulin adalah terjadinya penurunan kemampuan insulin dalam merangsang sel tubuh untuk menggunakan glukosa atau terjadinya penurunan respon sel target, sel organ (otot, otot jantung, jaringan lemak dan hati) terhadap konsentrasi insulin fisiologis. Resistensi insulin paling sering terjadi pada orang-orang yang mengalami obesitas. Alasannya adalah karena jumlah lemak yang berlebihan bisa menyebabkan terjadinya sekresi asam lemak bebas yang banyak sehingga mengganggu pada persinyalan reseptor insulin. Karena terjadi resistensi insulin maka Insulin menjadi tidak dapat bekerja secara optimal di sel otot, lemak, dan hati sehingga memaksa pankreas mengkompensasi untuk memproduksi insulin lebih banyak.
Ketika jumlah insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas sudah tidak mampu lagi untuk mengatasi peningkatan resistensi insulin yang terjadi, maka kadar glukosa dalam darah akan semakin meningkat, karena sel semakin tidak merespon terhadap keberadaan glukosa. Sehingga glukosa-glukosa tersebut tetap berada di dalam darah, tidak bisa masuk ke dalam sel, sehingga mengakibatkan terjadinya hiperglikemia yang semakin kronik.
Seiring perjalanan penyakit Diabetes Tipe 2, telah terjadi penurunan pada fungsi sel beta pankreas dan terjadinya peningkatan resistensi insulin yang berkelanjutan sehingga munculah hiperglikemia kronik yang menimbulkan banyak dampak buruk pada fungsi organ tubuh.
Sebelum diagnosis Diabetes benar-benar ditegakkan, yaitu ketika pasien masih berada di fase prediabetes, sel beta pankreas sebenarnya masih dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi terjadinya peningkatan resistensi insulin, meskipun organ pankreas tersebut harus bekerja keras untuk mengimbangi terjadinya resistensi insulin. Pada saat diagnosis Diabetes sudah ditegakkan, itu artinya sel beta pankreas sudah tidak mampu lagi memproduksi insulin yang memadai untuk mengkompensasi semakin meningkatnya resistensi insulin. Biasanya sel beta pankreas yang masih normal pada fase tersebut hanya sekitar 50%. Apabila tingkat kerusakan sel beta pankreas sudah melebihi 50% maka produksi insulin pun sudah mulai tidak berjalan.
Pada tahap lanjut dari perjalanan Diabetes tersebut, sel beta pankreas yang telah mengalami kerusakan yang cukup parah itu akan digantikan dengan jaringan amiloid. Jaringan amiloid adalah jaringan agregat yang terbentuk dari protein fibril akibat terjadinya kerusakan dan disfungsi dari jaringan protein sebelumnya dan membentuk endapan berserat pada plak di sekitar sel lama sehingga dapat mengganggu fungsi jaringan dan organ sehat disekitarnya.
Kerusakan pada sel beta pankreas tersebut bersifat progressive sehingga akan mempengaruhi pada semakin menurunnya produksi insulin yang diperlukan oleh tubuh. Apabila tingkat kerusakannya sudah semakin parah, di atas 50% maka besar kemungkinan sel beta pankreasnya sudah tidak mampu lagi untuk memproduksi insulin, sehingga secara klinis Diabetes tipe 2 tersebut telah berubah menjadi Diabetes tipe 1, yaitu terjadinya kekurangan insulin secara absolut. Pada fase tersebut, pasien akan dipaksa untuk mengalami ketergantungan kepada insulin sintetis.
Dengan semakin meningginya hiperglikemia, maka akan menyebabkan terjadinya glikasi protein yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya stress osidatif. Secara definisi sederhana, glikasi protein adalah adanya ikatan antara glukosa dengan protein dalam darah, dalam hal ini adalah protein darah seperti misalnya eritrosit, leukosit atau pun hemoglobin.
Analoginya adalah, semisal dengan adanya gula yang menempel pada gigi, kita tahu bahwa apabila gigi kita terlalu lama tertempel gula, maka lama-kelamaan gula tersebut akan menyebabkan kerusakan pada gigi. Demikian juga dengan glukosa atau gula darah yang berikatan dengan protein darah, maka gula tersebut juga akan menyebabkan banyak kerusakan pada saluran pembuluh darah.
Stress oksidatif yang disebabkan oleh adanya glikasi protein inilah yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel endotel pembuluh darah. Sel endotel mengalami kerusakan, menyebabkan aliran darah, baik di pembuluh besar (makroangipati) maupun pembuluh darah kecil (mikroangiopati) akan mengalami kerusakan. Gangguan pada pembuluh darah tersebut selanjutnya akan berdampak kepada terjadinya gangguan nutrisi di berbagai organ tubuh, yang akhirnya fungsi organ tubuh akan terganggu dan menyebabkan masalah serius yaitu berupa munculnya penyakit komplikasi diabetes, seperti gagal jantung, gagal ginjal, ulkus diabetik, stroke, glaukoma, impotensi dan lainnya.
Akibat terjadinya hiperglikemia yang berlangsung lama tersebut, juga akan berdampak terhadap terjadinya kerusakan banyak organ di dalam tubuh, seperti pankreas, ginjal, usus, hati (hepar), jantung dan lainnya. Semakin lama tingkat kerusakannya, akan semakin bertambah parah sehingga akan menimbulkan berbagai gangguan pada fungsi organ di dalam tubuh, dan menyebabkan komplikasi penyakit yang berbahaya.
Hiperglikemia terjadi karena adanya ketidak seimbangan hormonal di dalam tubuh, khususnya hormon inkretin yaitu GLP-1, yang mengatur regulasi keseimbangan hormon insulin dan glukagon yang berkaitan langsung terhadap asupan glukosa di dalam darah ke dalam sel tubuh. Glukosa dapat masuk ke dalam sel karena adanya peran hormon insulin yang memberikan sinyal kepada reseptor insulin yang ada permukaan sel tubuh, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel. Glukosa tersebut selanjutnya akan dimetabolisme di dalam sel tersebut.
Keseimbangan hormonal tersebut selanjutnya akan menyebabkan terjadinya Resistensi Insulin dan Disfungsi Sel Beta Pankreas. Lalu mengapa bisa terjadi ketidak seimbangan hormonal di dalam tubuh khususnya hormon insulin dan glukagon?
Ketidak seimbangan hormonal bisa terjadi karena organ lambung yang memproduksi nutrisi sel dan bahan baku hormonal atau enzim tidak dapat bekerja secara optimal. Menurut Konsep Karnus, peran lambung itu sangat vital di dalam proses perbaikan atau penyembuhan berbagai penyakit degeneratif. Menurut Konsep Karnus, penyakit degeneratif seperti penyakit diabetes itu bisa muncul seringkali karena disebabkan oleh masalah organ lambung yang mengalami gangguan dalam jangka waktu yang lama.
Hormon yang mengatur produksi dari hormon insulin dan glukagon adalah hormon GLP-1 (Glukagon Like Peptide-1) yang ada di usus halus. Jumlah kadar hormon GLP-1 dipengaruhi oleh organ lambung. Sehingga apabila lambung mengalami masalah maka hormon GLP-1 juga akan mengalami masalah, yang akhirnya akan berdampak kepada ketersediaan hormon insulin dan glukagon yang berperan dalam regulasi glukosa di dalam plasma darah sehingga menyebabkan terjadinya hiperglikemi.
Di tambah lagi, asupan makanan yang diterima tubuhnya terpola kurang sehat dan seimbang, Misal tubuhnya terbiasa dengan asupan bahan pangan yang tinggi karbo, tinggi lemak, makanan yang diproses terlalu lama sehingga menyebabkan terjadinya perubahan atau kerusakan pada komposisi nutrisinya, makanan yang terlalu banyak mengandung pengawet sintetis, bahan pewarna sintetis yang tidak aman, bahan pemanis sintetis yang tidak sehat, maupun bahan pangan tinggi kalori atau gula.
Di sisi lain, selain karena faktor makanan, faktor gaya hidup maupun gangguan pada fungsi organ lambung yang terlalu lama, aktivitas fisik juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya hiperglikemia tersebut, yaitu aktivitas fisiknya sangat kurang banyak, kurang berolah raga, atau malas untuk melakukan aktivitas fisik, sehingga hasil metabolisme karbohidrat yang seharusnya digunakan sebagai energi untuk melakukan berbagai aktivitas justru menjadi lebih banyak tersimpan di jaringan adipose lemak, dan menimbulkan masalah obesitas, yang selanjutnya akan berkembang menjadi masalah resistensi insulin.
Selain karena kondisi tubuh yang terbiasa dengan kadar glukosa tinggi, penumpukan lemak atau tingginya kadar lemak di dalam darah juga turut menggangu kinerja sel tubuh dalam menggunakan insulin. Selain itu, kelebihan lemak yang disimpan di hati dan sel-sel otot juga dapat membuat kinerja insulin menjadi terganggu sehingga sel-sel tubuh menjadi kurang respon terhadap insulin (resistensi). Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin seperti yang disebutkan di atas tersebut kalau kita telusuri sebenarnya masalahnya akan bermuara pada kebiasan pola makan yang tidak sehat dan seimbang serta pada masalah organ lambung yang tidak dapat berfungsi secara optimal dalam mengurai molekul lemak dan protein yang masuk ke dalam sistem pencernaan.
Semakin lama, apabila tidak ditangani secara tepat, seiring dengan waktu maka kejadian resistensi insulin akan bertambah tinggi, yang selanjutnya akan berdampak pada kerusakan sel beta pankreas, yaitu organ vital yang berperan dalam memproduksi hormon insulin. Sehingga akan menyebabkan terjadinya peningkatan progresivitas keparahan dari penyakit diabetes.
Apabila resistensi insulin semakin meningkat dan kerusakan pada sel beta pankreas juga semakin bertambah parah, maka pada suatu saat, tubuh akan mengalami kekurangan hormon insulin secara absolut. Apabila itu terjadi maka pasien penyakit diabetes tersebut mau tidak mau akan bergantung kepada insulin sintetis, karena organ pankreasnya sudah tak mampu lagi memproduksi insulin secara alami.