Waktu baca ± 2 menit
Arah Kesembuhan atau Direction of Cure (DOC) adalah proses yang terjadi pada tubuh kita sebagai reaksi saat mengkonsumsi Herba, biasanya dalam bentuk ketidaknyamanan.
Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya (QS At Tiin : 4). Salah satu bentuk kesempurnaan yang dianugerahkan Allah kepada manusia adalah sistem Imunitas Detoksifikasi yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan sistem tubuh secara keseluruhan (homeostasis), sehingga manusia dapat hidup di lingkungan yang penuh kuman dan racun/toksin. Bila kuman/toksin masuk ke dalam tubuh manusia, secara otomatis sistem Imun dan Detoksifikasi langsung bereaksi serta diaktifkan.
Gejala awal yang terjadi adalah peninggian suhu tubuh untuk melebarkan pembuluh darah agar bahan-bahan yang dipakai melawan kuman/toksin tersedia dengan cukup, termasuk sel darah putih (Leukosit) dan sel lagosit. Mekanisme lainnya adalah keluarnya lendir dari mukosa, bila jalur masuknya melalui jaringan yang berlendir seperti saluran nafas dengan bersin/pilek-pilek. Atau berupa diare pada saluran pencernaan akibat gerakan eksklusimekanis usus (Peristaltik) yang bertujuan mengeluarkan materi patogen/penyebab penyakit melalui buang air besar. Ini adalah mekanisme normal tubuh dalam mempertahankan keseimbangannya.
Bila racun berhasil masuk ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel tubuh, maka oleh darah dibawa ke hati untuk dinetralkan, proses ini disebut Detoksifikasi. Bila racun tidak kuat maka melalui proses Detoksifikasi fase I dapat dinetralkan sehingga tidak berbahaya bagi sel tubuh, namun bila racunnya kuat, diperlukan proses Detoksifikasi Fase II yang merubah racun menjadi lebih reaktif dan lebih berbahaya bagi sel tubuh, dengan tujuan agar mudah diikat dan dibuang melalui ginjal. Racun yang tidak terdetoksifikasi akan ditimbun di sel/jaringan tubuh (seperti di kulit/jaringan lemak) dan menjadi salah satu faktor penyebab munculnya penyakit karena bersifat destruktif/merusak.
Proses Detoksifikasi ini sering terhambat kerjanya karena berbagai faktor, seperti paparan toksin yang akut dalam jumlah besar atau paparan kecil tapi kronis (baik dari lingkungan maupun usus yang bermasalah), defisiensi/kekurangan zat gizi terutama antioksidan, betakaroten, flavonoid, seleninium dan Xantofil. seperti vitamin (A,C,E),
Ketika kita mengkonsumsi Herba, maka kekurangan nutrisi diperbaiki sehingga proses Detoksifikasi diaktifkan lagi. Toksin yang belum sempat dinetralisir dan tertimbun di sel/jaringan tubuh ‘dibongkar’ dan dikeluarkan melalui jalur ekskresi/pengeluaran racun, seperti kulit, hati, ginjal/kencing dan saluran cerna. Akibat “pembongkaran“ ini maka seluruh organ dan sistem tubuh menjadi “sibuk“ bekerja, sehingga timbul rasa tidak nyaman seperti demam, pilek/bersin-bersin, diare, pening dan terkadang sakit/pegal-pegal.
Kondisi ini hampir minip dengan “sakaw”, gejala putus obat pada pecandu Narkoba, atau perokok yang menghentikan merokok secara tiba-tiba. Tubuh “kehilangan” zat toksin yang telah ditoleransinya, bahkan dianggap sebagai “kebutuhan” karena peran reseptor yang terbentuk di otak akibat masuknya zat tersebut, padahal zat tersebut adalah racun bagi tubuh, bukanlah nutrisi yang diperlukan.
Ketidaknyamanan yang muncul seperti:
Walaupun sama-sama menimbulkan rasa tidak nyaman, namun ada perbedaaan antara keduanya yaitu DOC mengarah pada konstruksi dan rehabilitasi sel/sistem tubuh sedangkan Efek samping mengarah pada destruksi (kerusakan) sel/sistem tubuh.
Reaksi DOC hiasanya berlangsung sekitar 3 – 14 hari yang diikuti turunnya kualitas ketidaknyamanan (berangsur membaik) serta peningkatan kualitas kesehatan secara umum. Reaksi alergi berlangsung kontinyu (tetap dan terus terjadi) tanpa proses penurunan kualitas ketidaknyamanan walaupun telah dikurangi dosisnya serta diikuti penurunan kualitas kesehatan secara umum. Bila yang dialami adalah reaksi alergi konsumsi Herba harus dihentikan dan digantikan dengan Herba lain yang khasiatnya sama.