Waktu baca ± 5 menit
Permasalahan di lambung kebanyakan disebabkan oleh kelebihan produksi asam lambung yang melebihi kebutuhan normalnya. Terapi pengobatan yang umumnya dilakukan saat ini oleh para praktisi kesehatan dalam menangani permasalahan kelebihan produksi asam lambung biasanya adalah dengan menggunakan obat Penetral Keasaman Lambung dan atau penghambat Produksi Asam Lambung (inhibitor). Seperti pemberian Antasida, obat antagonis reseptor H2 maupun obat golongan PPI (Proton Pump Inhibitor).
Penggunaan Obat penetral Asam Lambung atau pun Obat Penghambat Produksi Asam Lambung terlihat efektif untuk mengatasi masalah lambung secara instan pada saat itu. Gejala sakit yang dirakan oleh pasien umumnya akan mereda. Namun apabila ditelaah lebih lanjut, tidak kita sadari ternyata solusi tersebut sebenarnya juga telah memunculkan suatu permasalahan yang baru.
Apakah masalah baru tersebut?
Sebagaimana kita ketahui bahwa Asam lambung itu memiliki peran yang sangat penting untuk mengubah makanan menjadi nutrisi yang diperlukan oleh sistem sel. Nah kalau kita telaah lebih lanjut, dampak apa yang akan dapat terjadi jika produksi Asam Lambung di hambat atau keasamannya di netralkan?
Apabila asam lambung di netralkan atau di hambat produksinya secara terus menerus, tentunya akan menjadi suatu permasalahan pada kinerja lambung. Lambung tidak dapat menjalankan fungsinya secara optimal.
Telah di bahas sebelumnya di dalam artikel ini juga, jika asam lambung dinetralkan atau di hambat produksinya tentunya bisa menyebabkan proses produksi nutrisi makanan untuk sel menjadi tidak optimal. Sehingga pasokan nutrisi sel akan terganggu. Sel akan mengalami kekurangan nutrisi akibatnya sel tidak dapat berfungsi secara optimal.
Apabila penggunaan obat penetral dan atau penghambat produksi asam lambung di gunakan secara berlanjut atau berlangsung lama maka bisa menimbulkan masalah yang lebih serius lagi, yaitu mengakibatkan terjadinya penurunan produktivitas nutrisi yang diperlukan oleh seluruh sel tubuh.
Begitulah, saat Produksi asam lambung di hambat atau keasamannya di netralkan, maka bisa menyebabkan proses penguraian makanan di dalam lambung mengalami gangguan, yang mengakibatkan output nutrisi nya pun menjadi tidak sempurna. Efisiensi output nutrisi menjadi rendah, bahkan akan memperbanyak limbah metabolisme di dalam sistem peredaran darah. Seperti limbah lipid yang belum terurai sempurna dan lainnya. Aliran darah pun menjadi kurang lancar, bahkan lama-kelamaan akan muncul banyak flak yang menempel di dinding saluran darah sehingga dapat mempersempit luas penampang saluran peredaran darah.
Di dalam lambung, karbohidrat akan di urai menjadi glukosa, protein di rubah menjadi asam amino, sedangkan lemak hanya di pecah molekulnya, yang selanjutnya akan di emulsifikasi di dalam duodenum oleh cairan empedu. Glukosa nantinya akan di gunakan sebagai bahan metabolisme energi di dalam sel.
Asam amino diperlukan salah satunya sebagai bahan untuk membentuk atau membangun hormon dan enzim. Hormon dan enzim ini diperlukan untuk mengatur dan mengkatalis berbagai reaksi metabolisme di dalam tubuh. Termasuk hormon insulin yang diperlukan glukosa agar bisa masuk ke dalam sel untuk di metabolisme dan juga enzim lipase yang diperlukan untuk mengkatalis lemak yang berada di dalam plasma darah menjadi asam lemak dan gliserol.
Apabila lemak tidak di metabolisme secara sempurna maka bisa menyebabkan terjadinya penumpukan lemak di dalam plasma darah. Penumpukan lemak tersebut akan mengakibatkan terjadinya flak di dalam pembuluh darah dan selanjutnya akan menyebabkan terjadinya atherosklerosis (penyempitan pembuluh darah).
Karena saluran darah menjadi menyempit maka transportasi nutrisi yang di bawa oleh darah pun semakin menjadi kurang lancar. Apalagi kalau luas penampang saluran darahnya semakin kotor oleh limbah metabolisme, maka akan menyebabkan terganggunya sistem peredaran darah.
Selanjutnya sel akan semakin mengalami kekurangan nutrisi gizi sehingga akan mengganggu proses metabolisme di dalam tubuh yang akhirnya mempengaruhi pada fungsionalitas kinerja sel, organ bahkan sistem di dalam tubuh. Di sanalah akan muncul permasalahan baru yaitu menginisiasi munculnya Penyakit Degeneratif yang berbahaya.
Apabila di telaah lebih jauh, permasalah inti dari gangguan di lambung itu sebenarnya adalah karena telah terjadinya luka atau peradangan di dinding lambung. Luka atau radang tersebut disebabkan oleh karena produksi asam lambung yang melebihi kemampuan daya tahan dari dinding lambung, yang disebabkan oleh rusaknya mukosa yang berperan sebagai pelindung dinding lambung.
Mengingat pentingnya peran asam lambung dalam penguraian sari makanan, maka solusi yang dianggap paling tepat berdasarkan pengobatan konsep karnus adalah dengan cara memperbaiki, menguatkan ataupun mengobati dinding lambung yang mengalami luka tersebut, tanpa harus merekayasa produktivitas asam lambung itu sendiri.
Agar lambung dapat berfungsi sebagaimana mestinya yaitu menguraikan sari makanan ke dalam bentuk yang dikriteriakan oleh sel tubuh. Peran mukosa yang sedang mengalami gangguan dapat digantikan sementara oleh suatu bahan makanan yang bernama pati resisten.
Di sisi lain dinding lambung yang mengalami luka pun harus segera diperbaiki melalui regenerasi sel. Sistem tubuh kita sendiri lah yang dapat memperbaikinya, selama tersedia bahan untuk memperbaikinya.
Apakah Bahan tersebut? Bahan tersebut adalah sejenis protein tertentu seperti kolagen yang berguna untuk membentu mempercepat regenerasi sel di daerah dinding lambung.
Konsep Karnus merupakan metodologi dasar untuk mempelajari dan mengembalikan cara kerja tubuh manusia berdasarkan algoritma dari Sang Pencipta mulai dari aktifitas tingkat sel sampai aktifitas tubuh manusia dan hubungannya dengan alam semesta.
Berdasarkan Konsep Karnus, upaya yang dianggap paling tepat dalam mengatasi suatu permasalahan adalah dengan cara mengidentifikasikan penyebab permasalahan yang sebenarnya.
Menurut pemahaman Konsep Karnus saat lambung mengalami gangguan maka Tindakan yang dilakukan adalah dengan berusaha merekonstruksi pada bagian yang mengalami masalah. Bukan dengan melakukan penetralan pada asam lambung. Karena asam lambung adalah sebagai penyedia utama material metabolism di dalam dunia sel tubuh manuisa. Permasalahan yang terjadi pada tubuh manuisa adalah karena terganggunya system transfer energi dan metabolism zat di dalam tubuh manusia.
Riset yang dilakukan oleh para peneliti KARNUS telah menghasilkan suatu zat untuk melindungi luka lambung tanpa harus melakukan penetralan asam lambung dan sekaligus memberikan protein rantai pendek yang langsung bisa dihidrolisis oleh enzim lambung meskipun kondisi lambung sedang mengalami luka.
Zat tersebut adalah pati resisten yang dikombinasi dengan protein triple helix dari tulang sapi yang diproses dengan cara khusus seperti proses hidrolisis oleh asam lambung. Manifestasi dari formulasi nutrisi tersebut terwujud dalam Produk Nutrisi Makanan yang bernama Alga Gold Sereal.
Jadi, dalam kasus gangguan pada organ lambung, maka langkah utaman yang dilakukan adalah dengan mengupayakan perbaikan pada dinding lambung agar asam lambung dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya. Apabila dinding lambungnya kuat dan berfungsi baik maka asam lambungnya pun akan berfungsi dengan normal.
Pentingnya penanganan gangguan di lambung tanpa menetralkan HCl dan tanpa menghambat pengeluaran asam lambung sudah banyak dibahas dan dipraktekkan pada penerapan Konsep Karnus dengan hasil yang sangat baik, yang sangat menunjang dalam mewujudkan tingkat kesehatan yang menyeluruh dan optimal.