Diabetes, penyakit yang sering menjadi momok menakutkan, kerap kali dikaitkan dengan takdir genetik. Kita sering mendengar anggapan bahwa "diabetes itu penyakit keturunan," seolah-olah jika orang tua atau kakek-nenek memiliki diabetes, maka kita pun pasti akan mengalaminya. Namun, benarkah diabetes sepenuhnya ditentukan oleh gen kita? Ataukah ada faktor lain yang justru memegang peranan lebih besar dalam perkembangan penyakit ini? Mari kita selami lebih dalam misteri diabetes dan mengungkap fakta sebenarnya di balik anggapan tersebut.1
Meskipun faktor genetik memang berperan dalam kerentanan seseorang terhadap diabetes, terutama diabetes tipe 2, bukti ilmiah yang kuat menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan gaya hidup memiliki kontribusi yang jauh lebih dominan. Penelitian epidemiologi skala besar mengungkapkan bahwa 80-90% risiko diabetes tipe 2 justru terkait erat dengan gaya hidup, bukan semata-mata karena faktor keturunan biologis.2
Yang seringkali "diwariskan" dari generasi ke generasi bukanlah penyakit diabetes itu sendiri secara langsung, melainkan pola hidup yang kurang sehat yang meningkatkan risiko diabetes. Pola makan tinggi gula, tinggi lemak jenuh dan trans, rendah serat, serta kurangnya aktivitas fisik seringkali menjadi kebiasaan yang diturunkan dalam keluarga. Anak-anak cenderung meniru pola makan dan gaya hidup orang tua mereka. Lingkungan keluarga yang kurang mendukung gaya hidup sehat secara tidak langsung "mewariskan" risiko diabetes, bukan genetik semata.3
Dengan kata lain, meskipun Anda memiliki riwayat keluarga diabetes, Anda tidak serta merta ditakdirkan untuk mengidap penyakit ini. Dengan mengadopsi gaya hidup sehat, Anda dapat secara signifikan mengurangi risiko dan bahkan mencegah diabetes tipe 2, terlepas dari predisposisi genetik Anda.
Dalam menghadapi tantangan diabetes, pendekatan holistik semakin mendapatkan pengakuan sebagai strategi yang efektif. Salah satu contoh pendekatan holistik adalah program Karnus. Meskipun istilah "Karnus" mungkin belum familiar bagi sebagian besar masyarakat umum, konsep di baliknya sangat relevan dan sejalan dengan prinsip-prinsip pengelolaan diabetes yang modern dan komprehensif.
Konsep Karnus:
Istilah "Karnus" dalam konteks ini merujuk pada pendekatan Kesehatan Alami dan Regeneratif untuk Nutrisi dan Gaya Hidup Sehat. Program Karnus menekankan pada:
Pendekatan holistik seperti Karnus sejalan dengan rekomendasi dari organisasi terkemuka seperti American Diabetes Association (ADA), yang menekankan pentingnya edukasi mandiri dan modifikasi gaya hidup sebagai pilar utama pengelolaan diabetes.4 Studi penelitian juga menunjukkan bahwa intervensi gaya hidup intensif selama 3 bulan saja dapat menurunkan kadar HbA1c hingga rata-rata 1.5%, sebuah penurunan yang signifikan dan seringkali setara dengan efek obat-obatan diabetes tertentu.5
HbA1c (Hemoglobin A1c): Pemeriksaan darah yang mengukur kadar gula darah rata-rata selama 2-3 bulan terakhir. HbA1c digunakan untuk memantau kontrol gula darah jangka panjang pada penderita diabetes.
Holistik: Pendekatan yang mempertimbangkan keseluruhan aspek individu (fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual) dalam upaya mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang optimal.
Intervensi Gaya Hidup: Upaya perubahan gaya hidup yang terarah dan terencana untuk meningkatkan kesehatan, seperti perubahan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, pengelolaan stres, dan perbaikan kualitas tidur.
Salah satu fakta yang memprihatinkan tentang diabetes tipe 2 adalah bahwa sebanyak 50% penderita sudah mengalami komplikasi mikrovaskuler (komplikasi pada pembuluh darah kecil) pada saat diagnosis awal ditegakkan.6 Ini berarti kerusakan akibat gula darah tinggi seringkali telah dimulai bertahun-tahun sebelum diabetes terdeteksi secara klinis. Komplikasi mikrovaskuler dapat memengaruhi berbagai organ penting, seperti:
Fakta ini menggarisbawahi pentingnya deteksi dini diabetes melalui skrining reguler, terutama pada kelompok individu dengan risiko tinggi (misalnya, riwayat keluarga diabetes, obesitas, kurang aktif, dll.). Skrining dan diagnosis dini memungkinkan intervensi lebih awal, termasuk perubahan gaya hidup dan pengobatan jika diperlukan, untuk memperlambat atau mencegah perkembangan komplikasi.
Komplikasi Mikrovaskuler: Komplikasi diabetes yang memengaruhi pembuluh darah kecil (kapiler, arteriol, venula) di berbagai organ tubuh, seperti mata, ginjal, dan saraf.
Retinopati Diabetik: Komplikasi diabetes pada mata yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah retina.
Nefropati Diabetik: Komplikasi diabetes pada ginjal yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah ginjal.
Neuropati Diabetik: Komplikasi diabetes pada sistem saraf yang disebabkan oleh kerusakan saraf akibat gula darah tinggi.
Skrining Diabetes: Upaya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi diabetes pada individu yang belum menunjukkan gejala, terutama pada kelompok risiko tinggi.
Buah seringkali menjadi dilema bagi penderita diabetes. Di satu sisi, buah mengandung vitamin, mineral, serat, dan antioksidan yang bermanfaat. Di sisi lain, buah juga mengandung gula alami, terutama fruktosa. Fruktosa memiliki jalur metabolisme yang berbeda dengan glukosa. Sebagian besar fruktosa dimetabolisme di hati melalui proses yang disebut lipogenesis de novo.7 Proses ini dapat meningkatkan produksi trigliserida (lemak darah) dan meningkatkan risiko steatosis hepatik (perlemakan hati), yang keduanya dapat memperburuk resistensi insulin dan risiko penyakit kardiovaskular pada penderita diabetes.
Meskipun demikian, bukan berarti penderita diabetes harus sepenuhnya menghindari buah. Buah utuh (bukan jus buah) tetap direkomendasikan dalam jumlah terbatas, yaitu sekitar 2-3 porsi per hari, sebagai bagian dari pola makan sehat untuk diabetes.8 Beberapa tips konsumsi buah untuk penderita diabetes:
Fruktosa: Gula sederhana (monosakarida) yang banyak ditemukan dalam buah-buahan, madu, dan sirup jagung tinggi fruktosa.
Lipogenesis De Novo: Proses pembentukan lemak (asam lemak dan trigliserida) dari karbohidrat (terutama fruktosa) di hati.
Trigliserida: Jenis lemak utama dalam darah dan jaringan lemak. Kadar trigliserida tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Steatosis Hepatik (Perlemakan Hati): Kondisi penumpukan lemak berlebihan di hati. Steatosis hepatik dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk konsumsi fruktosa berlebihan dan diabetes.
Porsi Buah: Satu porsi buah umumnya setara dengan 1 buah ukuran sedang (apel, jeruk), 1 cangkir buah potong, atau 1/2 cangkir buah kering.
Mengelola diabetes secara efektif memerlukan pergeseran paradigma dari pendekatan kuratif (mengobati penyakit setelah terjadi) ke pendekatan preventif (mencegah penyakit atau komplikasinya sejak awal). Fokus utama harus beralih dari sekadar mengontrol gula darah dengan obat-obatan, menjadi modifikasi gaya hidup berkelanjutan yang berakar pada nutrisi sehat, aktivitas fisik teratur, pengelolaan stres, dan edukasi mandiri.3, 5
Dengan memahami bahwa diabetes tipe 2 sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup, kita memiliki kekuatan untuk mengambil kendali atas kesehatan kita sendiri. Menerapkan prinsip-prinsip pendekatan holistik seperti Karnus, kita dapat secara signifikan mengurangi risiko diabetes, memperbaiki kontrol gula darah, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Diabetes bukanlah takdir genetik yang tak terhindarkan, tetapi tantangan kesehatan yang dapat kita hadapi dan atasi dengan perubahan gaya hidup yang cerdas dan berkelanjutan.