Waktu baca ± 1 menit
Di internet banyak ditawarkan obat, serbuk herbal katanya berisi aneka herbal alami. Sebuah pil penambah nafsu makan misalnya, diiklankan berisi herbal seperti: Ginseng, Semen Cusculae, Fructus Crataegus, Fructus Hordel Germinatus, Fructus Quisqualis, Radix Astragali, dan Rhizoma Atractylodis Mak. Ada yang sudah digrebek polisi karena tidak memiliki ijin BPOM.
Jika ditelusuri, herbal-herbal ini umumnya berefek pada saluran pencernaan, misalnya memperbaiki fungsi pencernaan sehingga makanan lebih banyak yang terserap, meningkatkan nafsu makan, melancarkan peredaran darah, mengatur metabolisme lemak, dll.
Jika memang hanya berisi herbal, sebenarnya baik-baik dan aman-aman saja meskipun kita harus waspada tentunya. Pada umumnya efek obat herbal tidak terjadi secara cepat namun bertahap dan perlahan-lahan. Tapi jika kemudian obat tersebut mengklaim efeknya sangat manjur, “Dalam waktu 1 minggu ”, maka kita perlu waspada.
Jangan-jangan pada obat herbal tersebut ada campuran obat sintetik yang efeknya membuat nyeri hilang dengan cepat,badan jadi enteng tapi efek sampingnya berbahaya. Obat yang sering dicampurkan dalam obat penggemuk badan adalah golongan kortikosteroid.
Obat golongan kortikosteroid termasuk golongan obat yang penting dalam dunia pengobatan, karena memiliki aksi farmakologi yang luas, sehingga sering digunakan dalam berbagai penyakit, sampai-sampai ada yang menyebutnya “obat dewa”, obat segala penyakit. Tapi di sisi lain, karena tempat aksinya luas, efek sampingnya pun luas dan tidak kurang berbahayanya.
Obat ini tergolong sebagai obat anti radang yang poten, dan sering digunakan untuk gangguan radang seperti alergi, asma, eksim, dan juga penyakit-penyakit autoimun seperti Lupus, rheumatoid arthritis, dll, karena efeknya yang bisa menekan kerja sistem imun yang berlebihan. Contoh obatnya adalah: deksametason, betametason, hidrokortison, triamcinolon, dll.
Obat golongan steroid yang digunakan dalam waktu lama akan menyebabkan gangguan yang disebut Cushing syndrome, yaitu efek-efek yang terjadi akibat akumulasi/penumpukan kortikosteroid di dalam tubuh, dengan tanda-tanda: terjadi garis-garis kemerahan di kulit terutama perut dan paha (stretch mark), jerawat, kumpulan lemak seperti punuk sapi/kerbau di bahu (buffalo hump), perdarahan bawah kulit/lebam, moon face, tumbuh banyak bulu di wajah (bagi wanita seperti berkumis ) hipertensi, perdarahan lambung, keropos tulang, dll.
Sumber: Prof. Zuliies Ikawati, Guru besar Fak. Farmasi, UGM Oktober 2013