Waktu baca ± 3 menit
Selama beratus-ratus tahun lamanya sejak 250 tahun sebelum masehi hingga pada abad 20-an, para ahli medis sibuk menangani berbagai gangguan penyakit yang saat itu sebagian besar berupa penyakit infeksi. Suatu penyakit infeksi akan berdampak terjadinya penularan endemik hingga kematian massal yang menakutkan.
Salah satu contohnya pada jaman dahulu adalah penyakit kolera yang banyak menimbulkan kematian. Setelah ditemukannya obat kholera dan cara pencegahan dan penanganannya oleh kalangan medis, dimana mereka sebelumnya telah bekerja dengan susah payah bahkan hingga menguras energi dan pikiran, pada akhirnya saat tersebut penyakit kolera bisa diberantas dengan sangat efektif.
Hasil kerja para kalangan medis ini pada kurun waktu tersebut sangat dihargai masyarakat. Dampaknya peranan profesi medis saat tersebut dianggap sebagai dewa penyelamat yang selalu diharapkan kehadirannya di Masyarakat. Di mata masyarakt dokter dan terapis dalam berbagai peranan, fungsi dan pendapatnya dianggap tidak pernah salah.
Namun saat ini masyarakat mulai sedikit kurang percaya kepada profesi medis ini setelah mereka gagal menangani berbagai kasus penyakit degeneratif terutama diabetes. Mengapa demikian? hal ini dimungkinkan karena para Kalangan medis ini salah arah dan salah pandang dalam memahami sumber penyakit degeneratif yang ternyata sangat rumit dan pelik.
Hal ini dimungkinkan karena mereka hanya berpikir sempit, yaitu hanya berdasarkan kajian ilmu kedokteran saja tanpa kajian ilmu lainnya. Inilah yang membuat ilmu medis kurang cepat berkembang. Pada kenyataannya para profesi medis melakukan pengobatan penyakit degeneratif hanya dengan dasar dan cara pengobatan penyakit infeksi yaitu selalu menganggap sumber penyakit adalah musuh yang harus dibunuh, dimatikan, dihancurkan dan seterusnya.
Jika hanya berdasarkan hal tersebut maka bisa dipastikan hasilnya pasti akan gagal total atau bahkan menimbulkan masalah baru yang serius, seperti yang dilakukan para kalangan medis pada penanganan penyakit diabetes saat ini. Idealnya dalam menganalisa penyakit diabetes sebaiknya jangan hanya menggunakan ilmu kedokteran saja melainkan perlu dengan dasar pemikiran menggunakan kajian ilmu lainnya seperti ilmu kimia dasar, ilmu biokimia dasar, ilmu fisika dasar, hukum pergerakan energi, hukum loncatan elektron, ilmu biomolekuler, metabolisme sel, kajian sumber pangan fungsional, dan sebagainya.
Para kalangan medis harus segera merubah mindset ini, jika mereka ingin tingkat kepercayaannya kembali diakui oleh masyarakat. Dan untuk menuju ke hal ini maka harus ada cara pandang baru dalam pengobatan, khususnya pengobatan penyakit diabetes.
Pengobatan penyakit degeneratif seperti halnya Diabetes memerlukan kajian yang mendalam tentang teori pemecahan senyawa, nutrisi sel, kimia dasar, kimia organik, Biomolekuler, hukum energi dsb. agar bisa dilakukan tindakan terbaik dan sukses dalam pengobatan.
Para ahli yang awalnya berkeyakinan bahwa diabetes hanya disebabkan karena tubuh kekurangan insulin ternyata akhirnya menyadari bahwa hal tersebut adalah salah, setelah pengalaman pasien yang diberikan suntikan insulin, toh akhirnya meninggal dunia dalam usia muda.
Sejak saat itu perkembangan pengobatan Diabetes mengalami perlambatan hingga kurang lebih selama 40 tahun lamanya terhitung dengan penemuan obat terbaru yang ditemukan pada tahun 1960-an (obat sejenis glibenclamid dan metformin) dimana sesudah itu tidak ada lagi penemuan obat baru lainnya, dan baru ada titik terang pada awal tahun 2000-an dengan ditemukannya obat diabetes golongan baru yaitu Troglitazone.
Obat ini muncul setelah ada pandangan baru penyebab diabetes melalui pemahaman ilmu Biomolekuler yang mulai menyinggung adanya Resistensi Insulin pada tingkat seluler, namun akhirnya obat-obatan ini juga tidak banyak memberikan arti setelah pasien-pasien yang memakainya mengalami kegagalan fungsi hati bahkan hingga terjadi sirosis hepatitis dan meninggal.
Meskipun obat baru yang sempat memberi banyak harapan ini akhirnya juga tidak mencapai harapan kalangan medis, namun setidaknya ada pandangan baru tentang penyebab diabetes, yaitu penyebab diabetes adalah karena terjadinya Resistensi Insulin. Mereka mengatakan bahwa Penyakit Diabetes adalah Penyakit gangguan metabolik akibat sel tidak mampu menerima sinyal insulin untuk melakukan ambilan glukosa (selnya tuli terhadap rangsangan insulin).
Sejarah Diabetes mengalami kemajuan setelah dokter Frederick Grant Banting yaitu seorang dokter berkebangsaan Kanada yang pertama kali menemukan insulin untuk pengobatan diabetes, setelah mengamati dan menyimpulkan bahwa diabetes terjadi karena tubuh gagal memproduksi hormon insulin, hormon yang berperan penting dalam mengendalikan glukosa darah agar senantiasa normal.
Dari penemuan tersebut, saat itu semua profesi dokter meyakini bahwa jika pasien diabetes yang diberikan suntikan insulin maka akan mencapai kesembuhan. Insulin sintetis dianggap sebagai kunci jawaban akan cara pengobatan penyakit diabetes yang menyengsarakan saat itu, karena para pasien diabetes saat itu semuanya disarankan harus melakukan diet ketat, namun justru diet ketat inilah yang menyebabkan seseorang menjadi kelaparan dan sumber kematian baru yang terus meningkat.
Leonard Thompson adalah seorang pasien penderita diabetes usia muda yang menjadi relawan pertama yang bersedia menerima suntikan insulin untuk mengobati diabetesnya, hasilnya umur Leonard Thompson bisa bertahan lebih panjang hingga 13 tahun, namun akhirnya meninggal pada umur 27 tahun setelah mengalami komplikasi penyakit pneumonia.
Oleh karena itu meskipun insulin telah ditemukan namun efek komplikasi diabetesnya masih belum bisa diselesaikan. Namun demikian penemuan insulin tetap dianggap sebagai pembawa babak baru dalam pengobatan diabetes. Atas jasanya ini maka Frederick Banting mendapat penghargaan Nobel di bidang ilmu fisiologi (kesehatan) dan hari kelahiran Frederick Banting yang lahir pada tgl.14 Nopember 1891 diangkat sebagai hari peringatan Diabetes sedunia. Dan hingga saat ini tanggal 14 Nopember dipakai sebagai peringatan Hari Diabetes dunia (World Diabetes Day).
Diabetes disebabkan oleh gangguan sistem transportasi gula dari darah ke dalam sel.
Gangguan tersebut dimulai sejak terjadinya penurunan kepekaan reseptor insulin, sehingga memacu produksi insulin di atas normal, yang lama-lama makin banyak dan menyebabkan hyperinsulinemia. Pada fase ini gula darah masih normal, namun tensi, TG, LDL, Asam Urat sangat tinggi.
Hiperinsulinemia jangka panjang menyebabkan pankreas kemampuannya menurun. Gula darah menjadi naik, dan terjadi diabetes. Penurunan kemampuan pankreas diakibatkan oleh transfer energi yang terganggu dan suplai asam amino sebagai bahan baku insulin menurun.
Selengkapnya: Diabetes