Waktu baca ± 1 menit
Jika anda mampu menyetir kendaraan, apakah mobil atau motor, maka di sana ada dashboard dengan "meteran" indikator suhu (mesin) dalam °C, putaran mesin dalam Rotary Per Minute (RPM) dan tentu level isi tangki bensin dalam liter. Sebetulnya ada 1 indikator yg sering dijelaskan oleh teknisi ketika awal menjual, yaitu Torsi atau "power" mesin.
Perhatikan, suhu mesin itu dianalogikan dengan suhu tubuh. Ketika suhu mesin tidak normal (jarum penunjuk tidak berada di tempatnya atau di luar rentang 36-37 °C untuk tubuh) maka mesin/tubuh sedang demam. Mungkin sistem pendingin (Radiator) bermasalah. Jangan teruskan kendarai seperti jangan teruskan beraktifitas sebelum suhu mesin/tubuh diturunkan.
Denyut nadi itu adalah RPM, indikator mesin/jantung (kompresor) berjalan normal, biasanya berkisar antara 60 denyut/menit - 90 dpm dalam keadan diam dan meningkat ketika bekerja. RPM biasanya disatukan dengan Tekanan Darah atau "Torsi Mesin", Sistolik (indikasi tensi bawah, normal 80 mmHg) dianalogikan dengan putaran mesin saat persneling kosong (sekitar 900-1.100 rpm) diastolik (indikasi tensi atas, normal 120 mmHg) dianalogikan dengan putaran mesin saat persneling masuk (1 sd 5).
Jadi, indikator suhu itu penting. Cek selalu air pendingin di radiator. Tubuh memiliki sistem pendingin yang super canggih dan salah satunya adalah dengan berkeringat dan menguap. Nah, di situ "air radiator" kita berkurang, apalagi ketika keluar melalui urin dan tinja. Tambahlah "air radiator" itu berkala. Mesin yang memanas (hipertermik) lebih mudah ditangani daripada mesin mendingin (hipotermik), sehingga, kasus tubuh mendingin (di gunung) lebih berbahaya daripada demam.
Selalu cek RPM dan Torsi tubuh kita apakah masuk zona normal ? Jika ketiganya, suhu, denyut nadi dan tensi normal, masih ada keluhan ? artinya ada persoalan lain.