Waktu baca ± 1 menit
Masalah kesehatan selama pandemi Covid-19 tidak hanya karena virus mematikan tersebut. Banyak masalah kesehatan lainnya yang bisa dialami seseorang selama pandemi. Salah satunya adalah autoimun kulit.
Berdasarkan pemaparan dermatologis sekaligus CEO Klinik Pramudia, Anthony Handoko, cukup banyak kasus autoimun kulit seperti psoriasis, vitiligo, dan biduran atau urtikaria sejak 2020 sampai beberapa hari lalu.
Seperti yang diketahui, psoriasis merupakan kondisi kulit yang lebih cepat mengalami proses pembentukan kulit baru. Sehingga, akan timbul bercak merah dan sisik tebal, serta bisa disertai rasa gatal, panas, atau perih pada kulit kepala, badan, lengan, maupun tungkai saat kambuh.
"Normalnya, kulit mengalami pergantian kulit baru setiap 28 hari. Kalau penderita psoriasis bisa mnegalami prosesnya setiap 2 minggu. Biasanya, psoriasis banyak ditemukan pada orang berusia 15-30 dan 50-60," ujar Amelia Setiawati Soebyanto, Dermato-venereologi dalam webinar autoimun kulit, Rabu 3 November 2021.
Vitiligo sendiri merupakan hancurnya sel melanosit atau sel pewarna kulit akibat diserang oleh sel imun yang menyebabkan timbulnya bercak berwarna putih seperti kapur. Bercak tersebut bisa muncul di berbagai bagian tubuh. Namun, umumnya muncul di area wajah, genitalia, tangan, serta kaki.
Biduran atau urtikaria merupakan munculnya bentol merah yang bisa disertai rasa gatal, di seluruh tubuh seperti tangan maupun wajah.
Kambuhnya ketiga jenis kondisi kulit tersebut menjadi sangat vital karena bisa jadi berhubungan dengan pemberian vaksin Covid-19 yang harus diperhatikan bagi pasien penderita autoimun. Terutama, jika autoimun kulit sering kambuh. Meningkatnya kasus autoimun kulit di masa pandemi Covid-19 sendiri diduga diakibatkan oleh kondisi mental yang kian memburuk.
"Selama pandemi, tingkat stres jadi lebih tinggi. Mungkin, karena memikirkan pendapatan atau tekanan pekerjaan yang jauh lebih berat dari biasanya dan menyebabkan autoimun lebih sering kambuh," kata Amel.
Di samping itu, pasien autoimun kulit juga cenderung ragu dan takut memeriksakan kondisinya pada dermatologis selama pandemi Covid-19. " Akhirnya, pasien melakukan pengobatan sendiri, pengobatan yang tepat jadi tertunda, dan penyembuhannya jadi lebih lama," ungkap Amel.
Menunda konsultasi maupun pengobatan terhadap autoimun kulit akan lebih berbahaya jika mengalami komplikasi atau menyerang organ vital. Komplikasi pada penderita psoriasis sendiri bisa berujung pada penyakit kardiovaskular.
Sedangkan penderita urtikaria atau biduran bisa mengalami pembengkakan di saluran napas dan menyebabkan sesak maupun pingsan.
Oleh karena itu, kamu harus segera berkonsultasi pada dermatologis jika mengalami autoimun kulit agar bisa segera diatasi. Umumnya, pengobatan autoimun kulit dilakukan dengan pemakaian obat oles atau obat minum seperti kortikosteroid, obat suntik, atau fototerapi dengan UVA maupun UVB sesuai dosis yang dianjurkan.
Kamu pun bisa melakukan pencegahan dengan mengontrol stres, tidak merokok atau minum minuman beralkohol, menjalani pola hidup sehat, serta tidak menggaruk saat kulit terasa gatal untuk mencegah keparahan kondisi kulit saat autoimun kambuh.
Sumber: Dream
Menurut Konsep Karnus, autoimun adalah penyakit sel abnormal. Penanganannya adalah dengan menghentikan pencetus sel abnormal dan meningkatkan imunitas tubuh untuk melawan sel abnormal yang sudah berkembang. Mengkonsumsi Alga Gold Cereal dan Alga Tea secara rutin dapat menyembuhkan penyakit autoimun.