Waktu baca ± 5 menit
Sistem imun adalah sistem daya tahan tubuh terhadap serangan substansi asing yang terpapar ke tubuh kita. Substansi asing tersebut dapat berasal dari luar tubuh kita maupun dari dalam tubuh sendiri. Sistem imun secara harfiah merupakan sistem pertahanan diri yang menguntungkan, tetapi dalam kondisi tertentu dapat menimbulkan keadaan yang tidak nyaman.
Contoh substansi asing yang berasal dari luar tubuh (eksogen) misalnya adalah bakteri, virus, parasit, jamur, debu, dan serbuk sari. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh contohnya adalah sel-sel mati atau sel-sel yang berubah bentuk dan fungsinya. Substansi-substansi asing tersebut disebut juga sebagai imunogen atau antigen. Apabila imunogen terpapar ke tubuh kita, maka tubuh kita akan meresponnya dengan membentuk respon sistem imun.
Respon sistem imun terbagi menjadi 2 tahap, yaitu fase respon imun alami (innate imunity) dan fase respon imun adaptif (adaptive immunity). Respon imun alami akan terjadi pada awal terpaparnya imunogen ke tubuh kita. Apabila sistem imun alami ini bisa mempertahankan tubuh dari serangan imunogen, maka kita tidak akan menderita sakit (fase pertama). Sebaliknya, apabila sistem imun alami tidak bisa mempertahankan terhadap serangan imunogen, maka kita akan sakit/terinfeksi (fase kedua).
Sel-sel tubuh yang bertugas dalam sistem imun adalah kelompok sel-sel darah putih (leukosit). Dalam menjalankan tugasnya sel-sel leukosit ini terbagi menjadi 2 kelompok yaitu:
Ketika virus menginfeksi sel inang, artinya virus tersebut menyerang sel-sel pada tubuh inang agar dapat ‘hidup’ dan memperbanyak diri (bereplikasi) di dalam sel inang tersebut. Secara umum, ada 3 mekanisme respon imun untuk mengeliminasi infeksi virus, yaitu sebagai berikut:
Sebelum masuk menginfeksi ke dalam sel inang, virus dapat disingkirkan oleh antibodi. Antibodi adalah suatu protein yang secara spesifik mengenali antigen, termasuk virus, dan akan berikatan dengannya. Ikatan antibodi dengan virus akan membasmi virus dengan cara:
Jika virus sudah masuk mengineksi ke dalam sel inang, sel-sel sistem imun tidak dapat “melihat” atau mendeteksi keberadaan virus tersebut sehingga tubuh tidak tahu jika sel inang telah terinfeksi. Untuk mengatasi hal tersebut, sistem imun memiliki suatu metode yang mampu memperlihatkan apa yang ada di dalam suatu sel dengan menggunakan suatu molekul protein yang dinamakan MHC kelas I (class I major histocompatibility complex). MHC kelas I ini bertugas mempresentasikan potongan protein (peptide) hasil produksi virus di dalam sel ke permukaan sel.Salah satu jenis sel limfosit T, yaitu sel T sitotoksik, mampu mengenali MHC pada sel yang telah terinfeksi virus. Proses interaksi sel T dengan MHC ini akan memicu sel T memproduksi senyawa yang akan membunuh sel yang terinfeksi virus tersebut. Namun demikian, virus memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat tinggi, sehingga akhirnya juga dapat meloloskan diri dari deteksi oleh sel T, misalnya dengan cara menekan molekul MHC. Di sisi lain, sistem imun juga memiliki sel NK yang dapat mendeteksi sel yang memiliki jumlah molekul MHC jauh lebih sedikit dari ‘normal’. Sel NK ini juga akan mentarget sel tersebut yang terinfeksi virus tersebut dengan cara yang mirip dengan sel T sitotoksik.
Selain dengan mekanisme sitotoksik, sel inang yang terinfeksi virus tersebut akan memproduksi dan melepaskan molekul protein yang disebut Interferon menghambat replikasi virus di dalam sel inang. Selain itu, interferon juga berperan sebagai molekul sinyal yang akan “memperingatkan” sel-sel sehat di sekitar sel yang terinfeksi akan keberadaan virus. Sel-sel di sekitar sel yang terinfeksi ini akan “bersiaga” dengan meningkatkan jumlah MHC kelas I pada permukaannya, sehingga dapat diidentifikasi oleh sel T yang akan mentarget sel tersebut yang terinfeksi virus tersebut dengan cara yang mirip dengan sel T sitotoksik.
Sistem imun dapat ditingkatkan atau ditekan, salah satunya dengan pemberian imunomodulator. Imunomodulator adalah senyawa yang mampu berinteraksi dengan sistem imun sehingga dapat menaikkan (imunostimulator) atau menekan (imunosupresan) respon imun. Pengaruh senyawa tertentu untuk menaikkan maupun menekan respon imun dapat tergantung pada, antara lain dosis atau waktu pemberian.
Pada kondisi tertentu, misalnya penerima organ transplantasi dibutuhkan imunosupresan, misalnya steroid dan siklosporin, untuk menekan sistem imunnya agar tidak terjadi reaksi penolakan pada organ tersebut. Sebaliknya, pada keadaan dengan risiko tinggi terjadinya infeksi seperti pandemic Covid-19 ini, diperlukan imunostimulan untuk meningkatkan kemampuan tubuh menangkal infeksi virus.
Beberapa faktor utama yang dapat mempengaruhi pada kualitas sistem imun diantaranya adalah faktor nutrisi makanan dan kesehatan organ lambung.
Bagi sebagian orang mungkin sudah dapat memahami tentang peran nutrisi makanan terhadap kinerja sistem imun, tapi kalau kaitan antara kesehatan lambung, dengan sistem imun, mungkin sebagian orang akan bertanya, apa hubungannya kesehatan organ lambung dengan performa sistem imun?
Berikut adalah beberapa penjelasan singkat tentang pengaruh dari kesehatan organ Lambung terhadap sistem imun dalam tubuh: