Dalam dunia kesehatan dan nutrisi, sarapan pagi seringkali menjadi topik perdebatan. Beberapa orang memilih untuk melewatkan sarapan dengan alasan diet atau praktik intermittent fasting, namun menurut pandangan ilmu kesehatan, sarapan pagi tetap memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan dan produktivitas sehari-hari.
Sarapan pagi merupakan sumber energi utama yang dibutuhkan tubuh untuk memulai aktivitas. Glukosa, yang berasal dari makanan seperti nasi atau buah, adalah bahan bakar utama yang paling cepat dan mudah dicerna oleh tubuh. Tanpa asupan glukosa yang cukup, tubuh akan cepat merasa lelah dan sulit berkonsentrasi. Otak, yang menyerap sekitar 30% dari total glukosa tubuh, sangat bergantung pada asupan ini untuk berfungsi optimal. Jika sarapan dilewatkan, gejala seperti ngantuk dan sulit berpikir dapat muncul, terutama pada jam-jam produktif seperti pukul 10 pagi [1].
Intermittent fasting atau puasa intermiten, yang melibatkan periode tidak makan dalam jangka waktu tertentu, sedang populer sebagai metode diet. Namun, metode ini seringkali mengharuskan seseorang untuk melewatkan sarapan pagi. Menurut pandangan ilmu kesehatan, melewatkan sarapan tidak direkomendasikan, bahkan dalam praktik puasa sekalipun. Sarapan pagi tetap dianggap sebagai kewajiban, terutama sebelum memulai aktivitas seperti bekerja. Misalnya, jika jam masuk kantor adalah pukul 8 pagi, sarapan sebaiknya dilakukan sebelum waktu tersebut untuk memastikan tubuh memiliki energi yang cukup [2].
Untuk memastikan tubuh mendapatkan asupan energi yang optimal, sarapan sebaiknya terdiri dari makanan yang kaya akan glukosa, seperti nasi atau buah. Meskipun buah mengandung fruktosa, kandungan glukosanya relatif sedikit dan tidak cukup untuk menopang energi hingga siang hari. Oleh karena itu, kombinasi sumber karbohidrat kompleks dan protein dapat menjadi pilihan yang lebih baik untuk menjaga stamina dan konsentrasi sepanjang hari [3].
Sarapan pagi bukan hanya sekadar kebiasaan, tetapi kebutuhan tubuh yang penting untuk menjaga kesehatan dan produktivitas. Melewatkan sarapan, terutama dalam praktik intermittent fasting, dapat berdampak negatif pada fungsi otak dan energi tubuh. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu sarapan sebelum memulai aktivitas sehari-hari.