Waktu baca ± 8 menit
Kanker disebabkan oleh akumulasi kerusakan gen yang disebabkan oleh paparan zat berbahaya yang menyebabkan kanker. Zat-zat ini disebut zat karsinogen yang dapat berupa zat kimia atau molekul tertentu. Penyebab kanker sendiri dapat berupa agen lingkungan, virus, hingga faktor genetik. Umumnya kerusakan gen ini tidak hanya disebabkan oleh satu penyebab saja, tapi terdapat beberapa penyebab yang saling memengaruhi. Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi ketika sel-sel di serviks menjadi abnormal dan berkembang biak dengan cepat. Pemicu utama dari kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV).
Penyebab kanker serviks pada wanita adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). HPV merupakan sekelompok virus yang terdiri dari lebih dari 200 jenis virus. Beberapa jenis virus ini dapat tersebar melalui hubungan seksual dan aktivitas seksual lainnya. Penyebaran HPV pada dasarnya sangat umum terjadi. Sebagian besar wanita mendapatkan beberapa jenis infeksi HPV selama hidupnya. Namun tidak semua infeksi HPV ini menunjukkan gejala yang terlihat. Sebagian infeksi HPV menyebabkan kutil kelamin, tetapi hal ini tidak terkait dengan peningkatan risiko kanker serviks. Beberapa infeksi HPV juga dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Kurang lebih terdapat 15 jenis HPV yang dianggap berisiko tinggi menyebabkan kanker serviks. Dari jumlah tersebut, terdapat 2 jenis HPV yang berpotensi paling tinggi menyebabkan kanker serviks yaitu HPV 16 dan HPV 18.
Selain menjadi penyebab kanker serviks pada wanita, jenis HPV ini juga dapat menyebabkan kanker dubur, kanker tenggorokan, kanker vagina, dan kanker vulva. HPV yang berisiko tinggi menyebabkan kanker serviks dianggap dapat menghentikan sel-sel di serviks bekerja dengan normal. HPV menyebabkan produksi dua protein yang dikenal dengan E6 dan E7, kedua protein ini dapat membunuh gen penekan tumor. Hal ini kemudian menyebabkan sel berkembang biak tidak terkendali yang mengarah ke pertumbuhan tumor yang kemudian berkembang menjadi kanker.
HPV dapat berdiam di tubuh selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun tanpa disadari, karena sebagian besar jenis HPV tidak menimbulkan gejala apapun. Maka dari itu, pemeriksaan HPV rutin dianggap sebagai salah satu langkah penting dalam pencegahan kanker serviks.
Kanker serviks umumnya membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun untuk berkembang. Sebelum kanker berkembang, sel-sel rahim sering kali menunjukkan perubahan. Kondisi ini disebut dengan perkembangan pra-kanker. Terdapat paling tidak dua jenis kondisi pra-kanker serviks yaitu neoplasia intraepitel serviks atau cervical intraepithelial neoplasia (CIN) dan neoplasia intraepitel kelenjar serviks atau cervical glandular intraepithelial neoplasia (CGIN). CGIN lebih jarang muncul jika dibandingkan CIN. Kedua kondisi pra-kanker ini tidak menimbulkan ancaman secara langsung terhadap kondisi kesehatan seseorang. Namun apabila kedua kondisi ini tidak dirawat, maka akan sangat berpotensi menjadi kanker.
Umumnya kondisi pra-kanker yang diketahui selama skrining akan dapat diatasi dengan baik dan tidak berkembang menjadi kanker. Perkembangan infeksi HPV menjadi kondisi pra-kanker hingga menjadi kanker dapat memakan waktu selama 10-20 tahun. Meskipun begitu, karena infeksi HPV hingga kondisi pra-kanker umumnya tidak menunjukkan gejala apapun, maka skrining kanker serviks penting untuk dilakukan untuk memastikan Anda tidak memiliki potensi mengembangkan kanker serviks.
Dapat dikatakan bahwa penyebab kanker serviks adalah virus HPV. Namun seperti yang sudah disinggung sebelumnya, infeksi HPV ini tidak selalu menyebabkan kanker serviks. Dibandingkan dengan infeksi HPV itu sendiri, berbagai faktor risiko kanker serviks lainnya justru lebih berpotensi dalam berkembangnya kanker serviks.
Berikut adalah beberapa faktor risiko penyebab kanker serviks yang harus diwaspadai oleh semua wanita!
Faktor risiko penyebab kanker serviks yang pertama adalah faktor usia. Kanker serviks sangat jarang menyerang wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun. Risikonya justru meningkat di akhir usia remaja hingga pertengahan usia 30-an. Namun meskipun tidak berada di usia yang rawan terkena kanker serviks, setiap wanita tetap harus melakukan pemeriksaan kanker serviks berupa pap smear dan/atau tes HPV.
Melakukan hubungan seksual di usia dini (di bawah 20 tahun) sering kali dikaitkan dengan risiko penuralan HPV dan infeksi menular seksual lainnya yang lebih tinggi. Hubungan seksual di usia dini ini juga berpotensi menyebabkan kehamilan usia dini. Selain hubungan seksual usia dini, melahirkan usia dini juga dikaitkan dengan risiko infeksi HPV yang berpotensi berkembang menjadi kanker serviks.
Sering berganti pasangan dalam berhubungan seksual dapat meningkatkan risiko penyakit menular seksual, termasuk juga infeksi HPV. Semakin besar jumlah pasangan seksual Anda, maka akan semakin besar kemungkinan Anda dapat terpapar HPV. Risiko ini dapat meningkat apabila seseorang melakukan hubungan seksual yang tidak aman, seperti hubungan seks tanpa menggunakan kondom.
Douching adalah prosedur untuk membersihkan vagina dengan cara menyemprotkan larutan khusus dalam saluran vagina. Beberapa orang berpendapat bahwa prosedur ini dapat membantu membersihkan vagina bahkan membantu mengeluarkan virus. Namun beberapa penelitian juga mengaitkan antara douching dan risiko infeksi HPV yang lebih tinggi. Hingga kini belum diketahui berapa sering douching dilakukan hingga dapat meningkatkan risiko infeksi HPV. Apabila Anda memiliki HPV atau kondisi pra-kanker serviks, diskusikan dengan dokter Anda sebelum melakukan douching.
Merokok juga merupakan salah satu faktor risiko penyebab kanker serviks pada wanita, atau dapat dikatakan bahwa rokok dapat meningkatkan risiko hampir semua jenis kanker. Rokok mengandung zat-zat berbahaya yang bersifat karsinogenik. Wanita yang merokok dikatakan memiliki risiko dua kali lipat terkena kanker serviks dari wanita yang tidak merokok.
Memiliki riwayat penyakit menular seksual lain juga dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker serviks. Seseorang yang memiliki riwayat infeksi menular seksual lain termasuk herpes genital, klamidia, gonore, sifilis, dan lainnya memiliki risiko lebih tinggi terkena HPV, yang artinya memiliki risiko lebih tinggi juga untuk mengembangkan kanker serviks.
Memiliki lebih banyak anak (lebih dari 5) ternyata dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker serviks. Wanita yang telah melahirkan lebih banyak anak dan memiliki HPV lebih berpotensi mengembangkan kanker serviks dibandingkan dengan yang paritasnya rendah. Risiko ini dapat lebih meningkat apabila kelahiran pertama terjadi ketika ibu berusia muda atau di bawah 20 tahun.
Penggunaan kontrasepsi oral atau pil KB jangka panjang juga dipercaya merupakan salah satu penyebab kanker serviks. Meskipun begitu, belum diketahui hingga kini bagaimana pil KB dapat memengaruhi kanker serviks. Dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk mencari keterkaitan antara penggunaan pil KB dengan meningkatnya risiko kanker serviks.
Jenis makanan yang mengandung aflatoksin dapat menjadi makanan penyebab kanker serviks. Aflatoksin adalah senyawa karsinogenik yang diproduksi oleh jamur Aspergillus flavus dan A. parasiticus. Sebuah penelitian menemukan keberadaan senyawa ini pada sampel jaringan hati dan kanker serviks pada manusia. Hal ini menunjukkan bahwa aflatoksin menjadi faktor penting dalam memicu terjadinya kanker serviks. Seseorang dapat terpapar senyawa ini apabila mengonsumsi produk nabati yang terkontaminasi atau mengonsumsi daging serta susu dari hewan yang memakan produk nabati yang terkontaminasi. Namun dibandingkan dengan kanker serviks, senyawa aflatoksin lebih sering dikaitkan dengan kanker hati.
Selain makanan yang mengandung aflatoksin, setiap jenis makanan yang bersifat karsinogenik tentu sebaiknya dihindari. Makanan penyebab kanker, termasuk kanker serviks, dapat meliputi daging olahan, minuman beralkohol, dan junk food.
Sistem kekebalan tubuh yang rendah juga dapat menjadi salah satu penyebab kanker serviks, jika Anda memiliki HPV. Menurunnya sistem kekebalan tubuh ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, transplantasi organ, hingga memiliki HIV. Ketika seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, maka akan sulit bagi tubuh untuk melawan pertumbuhan kanker sejak dini.
Paparan diethylstilbestrol dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan kanker serviks. Diethylstilbestrol merupakan obat yang digunakan untuk mencegah keguguran. Penggunaan obat ini untuk tujuan tersebut diperkirakan dilakukan pada tahun 1940 hingga 1970. Apabila Anda merupakan wanita yang lahir pada tahun tersebut dan ibu Anda pernah menggunakan diethylstilbestrol, artinya Anda termasuk orang yang terpapar obat ini.
Seseorang yang terpapar diethylstilbestrol harus melakukan pemeriksaan panggul tahunan untuk mengetahui kondisi ada atau tidaknya perkembangan sel-sel abnormal di area reproduksinya.
WHO menyebutkan bahwa kanker serviks paling banyak menyerang wanita yang tinggal di negara dengan penghasilan rendah dan menengah. Hal ini membuktikan bahwa faktor sosioekonomi juga berperan dalam berkembangnya kanker serviks. Penyakit banyak menyerang wanita yang memiliki akses lebih kecil untuk melakukan skrining kanker serviks. Akibat tidak dilakukannya skrining secara rutin, kanker serviks pun terlambat diketahui dan lebih sulit untuk disembuhkan.
Setiap wanita usia di atas 21 tahun dihimbau untuk melakukan skrining kanker serviks secara rutin. Hal ini sangatlah penting, mengingat penyebab kanker serviks adalah HPV, yang merupakan jenis virus yang umum ditemukan di tubuh manusia dan dapat ditularkan dengan mudah. Apabila telah mengetahui bahwa Anda memiliki infeksi HPV dan mungkin juga beberapa faktor risiko kanker serviks, tentunya pencegahan kanker serviks juga dapat dilakukan lebih dini.
Deteksi dini kanker sangat penting untuk dilakukan, karena semakin tinggi tingkat keparahan kanker, tentu semakin kecil juga harapan hidupnya. Berikut adalah frekuensi pemeriksaan kanker serviks yang dibutuhkan sesuai dengan usia:
21-29 tahun: pap smear setiap 3 tahun sekali
30-65 tahun: pap smear setiap 3 tahun sekali atau tes HPV setiap 5 tahun sekali atau pap smear dan tes HPV bersamaan setiap 5 tahun
Selain melakukan pemeriksaan secara rutin, jangan lupa juga untuk menerapkan pola hidup sehat untuk dapat terhindar dari kanker serviks. Anda dapat memulainya dengan menjaga asupan makanan gizi seimbang, tidur yang cukup dan berkualitas, serta berolahraga dengan rutin.
Informasi kesehatan ini telah ditinjau oleh dr. Jati Satriyo.
Sumber:
Alga Tea adalah minuman herbal yang kaya antioksidan yang sangat membantu proses penyembuhan pengobatan penyakit sel abnormal seperti Tumor, kanker, kista dan myoma serta dapat meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan virus dan bakteri.