Waktu baca ± 3 menit
Mata minus atau rabun jauh memiliki istilah medis miopia. Kondisi ini menyebabkan Anda kesulitan melihat benda jarak jauh.
Sinar yang direfleksikan dari sebuah objek masuk ke mata melalui kornea, kemudian difokuskan oleh lensa mata ke retina. Pada mata normal, lensa mata dan kornea membiaskan cahaya yang masuk sehingga bayangan objek difokuskan tepat di retina. Sedangkan pada mata minus, cahaya yang masuk tidak fokus di retina, namun jauh di depannya. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kornea terlalu cembung atau panjang bola mata yang terlalu besar. Sehingga jika Anda memiliki mata minus, pada saat melihat objek dari jarak jauh, objek akan terlihat tidak fokus.
Jika ternyata mata Anda sudah telanjur mengalami gangguan mata minus, maka Anda bisa melakukan beberapa terapi seperti menggunakan kacamata atau lensa kontak. Kacamata adalah salah satu cara termudah dan teraman untuk mengoreksi mata minus. Namun, pada kacamata untuk minus yang berat, pandangan pada bagian tepi bisa terjadi distorsi penglihatan. Lensa kontak tidak memiliki kekurangan tersebut, namun pemeliharaanya relatif lebih rumit dibandingkan kacamata.
Bagi Anda yang menginginkan koreksi mata secara permanen, Anda dapat memilih jalur operasi. Beberapa pilihan operasi yang bisa Anda lakukan seperti operasi LASIK, operasi LASEK, dan photorefractive keratectomy (PRK). Selain itu, bagi penderita mata minus sedang hingga berat, implan lensa intraokuler (IOL) dapat menjadi pilihan.
Selayaknya operasi, terapi mata minus melalui operasi juga memiliki efek samping atau komplikasi yang mungkin terjadi. Antara lain, mata menjadi kering, infeksi, dan timbul jaringan parut pada kornea.
Kerusakan pada mata dapat mengganggu aktifitas sehari-hari dan membuat kualitas hidup berkurang. Jika Anda memaksakan berkendara dalam kondisi mata minus tanpa menggunakan kacamata, tentu akan membahayakan keselamatan Anda. Memaksakan melihat dengan kondisi mata minus juga bisa membuat mata Anda menjadi tegang karena dipaksakan untuk melihat atau memfokuskan objek. Kondisi ini juga dapat menimbulkan sakit kepala.
Mata minus yang berat akan meningkatkan risiko penyakit mata yang serius, antara lain terlepasnya retina (ablasio retina). Glaukoma dan katarak juga dapat terjadi.
Dari hasil uji coba Alga Series pada beberapa atlet yang kebetulan memakai kacamata, mulai ada perubahan kacamata pada minggu ke 2. Orang tuanya bingung, setiap 2 minggu kacamata anaknya tidak cocok lagi sehingga ganti lensa yang lebih rendah.
Sel-sel lensa mata itu sangat membutuhkan nutrisi yang instan dalam bentuk ATPase, ion K⁺, ion Na⁺ dan protein crystaline, di mana nutrisi tersebut dihasilkan oleh sel-sel ciliary body (bola mata). Sel-sel lensa ini tidak memiliki mitokondria dan DNA, sehingga dia membutuhkan asupan nutrisi yang siap konsumsi.
Sel-sel selain lensa bisa mengolah gula, asam amino dan asam lemak jadi energi, sedangkan sel-sel lensa ini tidak bisa. Gula, asam amino dan asam lemak harus diolah dulu oleh sel bola mata, baru diberikan ke sel lensa dalam bentuk siap makan. Ini ibarat bayi, dimana nasi harus jadi bubur dahulu baru disuapkan ke bayi.
Karena mempunyai spesifikasi nutrisi yang siap saji, maka kinerja lambung harus sangat optimal. Apa yang dihasilkan oleh sel bola mata akan tergantung pada hasil pemecahan makanan oleh lambung kita dan variasi menu yang kita makan.
Jadi pastikan lambung bekerja dengan baik + pilih menu bervariasi + lindungi DNA serta sistem transport dalam darah → tubuh sehat + mata akan tetap tajam.
Jadi, sebaiknya konsumsi AG 2x1 dan AT 2x1 serta menerapkan pola makan Konsep Karnus secara rutin. Berapa lama akan terjadi perubahan? Bila kita mengikuti pola regenerasi sel, mayoritas terjadi sekitar 27 hari sekali, jadi untuk hasil optimal sebaiknya terapi rutin minimal 3 bulan.
Dengan memahami cara kerja mata, maka kita sekarang mengerti kenapa pada pasien metabolit sindrom seperti diabetes, organ mata akan cepat kehilangan daya penglihatan. Pada penderita diabates, jangankan sel-sel lensa mata yang tidak punya mitokondria, sel-sel lainnya yang punya mitokondria saja tidak bisa mengolah gula, lemak jadi energi.
Ini ibarat dalam rumah tangga, ada bayi. Sang bayi harus makan bubur. Tapi, di dalam rumah tangga tersebut mereka tidak bisa mengolah beras jadi nasi. Merubah beras jadi nasi saja tidak bisa, apalagi menyediakan bubur. Jika hal ini berlangsung terus, maka sang bayi akan stunting bahkan sampai meninggal kurang gizi atau kelaparan.
Nutrisi untuk sel lensa mata itu bentuknya cairan dan jernih atau yg dikenal sebagai cairan mata atau air mata. Jadi, kalau protein cristalin yang dibuat oleh sel bola mata tidak sempurna, maka akan terbentuk protein yang hazzy/keruh. Jika hal ini dibiarkan dlm jangka waktu panjang, maka kemungkinan akan timbul katarak. Dan kalau kita lihat kasus katarak, hampir semua pasien bermasalah dengan lambung.
Pada kasus katarak, pengobatan dengan tetes mata hanya menghambat proses kekeruhan dan menjernihkan lensa mata saja tanpa menghentikan/memperbaiki sumber masalahnya yaitu gangguan metabolisme yang mengatur ATPase, ion Na⁺, ion K⁺ dan protein lensa yang cenderung membentuk cairan yang keruh, tidak bening pada lensa bola mata yang menyebabkan katarak.
Para pelaku kesehatan mata tidak pernah/belum memikirkan solusi yg tepat, justru seolah dibiarkan saja proses kekeruhannya hingga penglihatannya terganggu dengan harapan ada tindakan operasi sebagai big profit 🙈
Konsep Karnus, merupakan harapan baru untuk penyembuhan katarak secara tuntas. Jadi mumpung masih muda dan semoga belum terlambat, segera rekonstruksi lambung dan terapkan Konsep Karnus.