Beberapa waktu belakangan ini, stevia menjadi primadona sebagai pengganti gula. Banyak orang, terutama mereka yang mengidap diabetes atau sedang berusaha mengurangi konsumsi gula, beralih ke pemanis alami ini. Namun, apakah stevia benar-benar aman dan sehat? Mari kita kupas tuntas berdasarkan penjelasan dari ahli!
Sebelum membahas stevia, penting untuk memahami bagaimana lidah kita merasakan manis. Di dalam lidah, terdapat sensor-sensor yang akan memberikan informasi ke otak tentang rasa yang kita kecap, apakah itu manis, pahit, asam, dan sebagainya. Rasa manis muncul ketika sensor di lidah kita terpapar oleh zat gula, seperti glukosa, gula susu, atau gula pasir.
Gula-gula ini, secara umum, aman karena bisa diolah oleh sel tubuh menjadi energi. Namun, di era modern ini, banyak orang yang menghindari gula karena berbagai alasan kesehatan, seperti diabetes. Alih-alih mengurangi rasa manis, mereka mencari cara untuk tetap bisa menikmati manis dengan mengganti gula dengan pemanis buatan atau alternatif lainnya.
Dulu, ada aspartam, pemanis buatan yang terbuat dari asam amino aspartat dan valalin. Rasa manis pada aspartam dihasilkan dari zat metil. Awalnya, aspartam dianggap solusi pengganti gula. Namun, di kemudian hari, diketahui bahwa aspartam memiliki efek samping yang berbahaya. Ketika dikonsumsi, metil pada aspartam akan diubah menjadi metanol dalam tubuh kita. Metanol adalah zat beracun yang dapat merusak hati dan organ tubuh lainnya. Karena bahayanya, aspartam kini dilarang.
Kini, stevia hadir sebagai pengganti aspartam. Stevia berasal dari daun dan mengandung senyawa bernama steviol glikosida yang memberikan rasa manis. Tingkat kemanisan stevia bahkan ratusan kali lebih tinggi daripada gula. Namun, sama seperti aspartam, steviol tidak bisa diolah oleh tubuh.
Jika Anda tidak memiliki diabetes dan memilih stevia untuk menghindari gula, Anda mungkin tidak menyadari bahwa Anda sedang menumpuk steviol di dalam tubuh. Steviol tidak bisa diubah menjadi energi, sehingga harus dikeluarkan oleh hati. Jika Anda terbiasa mengganti semua gula dengan stevia, hati Anda akan bekerja lebih keras untuk membuang steviol ini.
Jika Anda menderita diabetes, Anda seharusnya tidak hanya fokus menghindari gula. Anda harus mencari tahu mengapa tubuh Anda tidak dapat memetabolisme gula. Tujuan akhirnya adalah agar tubuh Anda bisa kembali memproses gula dan karbohidrat dengan baik. Jika Anda hanya mengganti gula dengan stevia, Anda tidak benar-benar mengatasi masalah dan hanya menundanya.
Bagi Anda yang tidak memiliki diabetes, sebaiknya hindari penggunaan stevia. Konsep sehat adalah ketika tubuh kita mampu memetabolisme apa pun yang kita konsumsi. Stevia tidak diproses oleh tubuh, jadi hanya mentrigger rasa manis di lidah, bukan memberi nutrisi atau energi.
Stevia memang tampak sebagai solusi pengganti gula yang alami. Namun, penggunaan stevia yang berlebihan, terutama jika Anda tidak memiliki diabetes, dapat memberikan beban pada hati. Lebih baik mencari solusi untuk mengatasi masalah metabolisme gula, bukan sekadar menghindarinya dengan mengganti gula. Pilihlah gaya hidup yang lebih sehat dengan mengonsumsi makanan yang benar-benar bisa diproses oleh tubuh kita.
Apakah Anda juga sedang mencoba mengganti gula dengan stevia? Apa yang menjadi pertimbangan Anda? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!