Saya punya teman, ibunya colon cancer stadium 4. Saya tidak sedang mengatakan Alga Cereal dan Alga Tea ini obat dewa. Saya hanya mengatakan satu hal. Kanker itu hanya ada tiga. Prinsip dogma sentral kanker itu tiga. Satu namanya cancer oncogen, itu cetakan kanker, tempatnya di DNA, di sel. Kedua cancer supressor, tempatnya di imun sistem, sistem kekebalan. Ketiga DNA repair, jadi Gusti Allah itu maringi kita DNA untuk memperbaiki dirinya sendiri. Lalu di mana dua hal yang diciptakan mas Iwan ini, saya katakan ditemukanlah, kalau diciptakan Gusti Allah nanti ya, yang ditemukan ini titik tangkapnya di hulu mas, di imunitas, di cancer supressor dengan DNA repair.
Orang sakit lambung itu dua, satu karena asamnya, dua karena erosif. Erosif itu luka, bahasa kedokterannya ulkus peptikum, bahasa Inggrisnya gastritis. Penyebabnya secara macro biology kuman namanya campylobacter pylori. Jadi kalau ada kalau ada kuman dibunuh dengan antikuman, namanya siprofloksasin. Tetapi, itu masih kalah dengan iklan ... Kalau bulan puasa gila lagi iklannya. Minum dua sahur, minum dua buka. Sementara Tuhan itu menciptakan lambung kondisinya asam.
Sudah dijelaskan kemarin, ibunya pak Kajati ini stadium 4. Untungnya Sarjito boleh rundingan. Dan sekarang masih sehat bisa naik mobil dari Klaten ke Semarang, bisa selametan putranya, dan saya bertemu beliau. Jadi saya bicara yang ada dulu, apakah sudah bisa menjelaskan? Belum.
Sayangnya adik Mutiara Sari sudah kena kemo 3x, sudah diperasi, baru terima imunosupresor itu. Jadi ini masih mix factor namanya, ada faktor kemo, ada faktor operasi. Tetapi tidak bisa disangkal ada juga faktor imunosupresan-nya. Jadi, di tengah perdebatan yang adik Mutiara Sari ini, faktanya survive, tapi belum bisa 100% ini faktor tunggal. Jadi ini co-factor.
Jadi kalau kami, disertasi saya adalah menemukan diagnosis dini atas cancer nasofaring itu dengan darah. Namanya micro RNA. Jadi kalau mas Iwan ilmunya baru di DNA RNA, saya harus sekolah 4 tahun lagi untuk di mikro RNA, jadi cetakan mikronya. Ini bisnis protein. Jadi RNA is protein business. Cetakannya di mana, supaya cetakan itu memerintahkan, yang tumor suppresan lebih aktif. Kenapa meriksanya harus darah? Meriksa kanker itu harus biopsi bapak ibu, lha kalau nasofaring, di dalam ini, naso sama faring, masak faringnya mau diambil, kan nggak bisa. Kalau kanker di payudara kan bisa. Ambil, biopsi. Kalau nasofaring nggak bisa, makanya pakai darah. Itupun apakah sudah menemukan pembunuh dari kanker nasofaringnya? Belum. Nasofaring itu prekursornya namanya adalah epstein-barr virus, atau virus epstein-barr. Jadi kalau virusnya dihambat, kankernya terhambat. Lalu apa urusannya sama Algae tadi? Algae ini tidak mbunuh sel-sel yang masih sehat, tetapi menstimulasi sel-sel yang sehat supaya lebih sehat. Menstimulasi yang sudah kena kemo sekian-sekian itu supaya pulih lagi. Pertanyaannya, cetakannya kanker masih ada nggah? Masih. Tapi ini dipulihkan dengan melawan lewat imunitas. Ya biar tukaran menang sing sopo iki. Belum tentu ini menang, tapi kan jadi seimbang. At equal field. Ngeten lho bapak ibu, nggih.
Saya tidak mengatakan ini obat dewo, kun fayakun, mboten lho nggih. Tapi ini perspektif baru. Jadi kalau njenengan makin belajar, makin ora mudeng, percaya saya. Bayangkan saya ini sudah sekolah dokter lama, saya gelo sekolah dokter. Nah, sekolah dokter 6 tahun, spesialis 4 tahun, SD SMP SMA 12 tahun, 12 tambah 6, 18, lhak sekolah terus! Tapi ini bukan dokter, tiba-tiba kebuka saya. Lho, iyo yo.
Nah menyambung sedikit sebelum saya tutup, ginjal itu ada 25 juta unit sel sepanjang hidup kita. 25 juta itu pasti ada yang mati. Tersisa 5 juta, orang masih belum butuh hemodialisa. Nah proses-proses ini kenapa orang yang dulu hemodialisa kenapa jadi tidak, karena bukan obat yang IPAL-nya nanti juga dibeban. IPAL-nya sudah banyak lumpur, sudah banyak mud, ditambahi lagi untuk ngobati IPAL-nya, yo buntu. Itu kalau yang terkait ginjal. Jadi misalnya bisakah kalau yang sebelumnya hemodialisa jadi tidak, peluangnya terbuka. Hemodialisa ya, karena sel-sel di ginjal itu direpair lagi, tanpa membebani ginjalnya.
Saya belum ketemu flaw-nya, kelemahannya cacatnya dari tesis-tesisnya mas Iwan ini, belum ketemu, hanya benang merahnya juga belum ketemu terkait cancer iku kok iso mari itu belum semua ketemu, hanya hipotesis, ini hipotesis ya, belum tesis ya, hipotesisnya ini di DNA repair, sama imuno supressor.
Jadi kalau njenengan kalau ketemu dokter, kok iso ngomong dogma sentral kanker barang sekolah nang endi, sekolah di Karnus! Jadi mohon ijin Prof, tidak bermaksud menggurui, tapi kebetulan dalam lapangan ini, ini adalah expertise saya, dan dalam bidang ini saya harus memperkuat atau memberi sudut pandang berbeda untuk mas Iwan supaya njenengan mempunyai obyektifitas yang lebih luas.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
dr. Sugeng Ibrahim, M.Biomed adalah Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Soegijapranoto Semarang.
Pada tanggal 7-8 Desember lalu beliau hadir di Surabaya untuk mengikuti Kuliah Konsep Karnus angkatan 4. Setelah selama 2 hari mengikuti kuliah tersebut, beliau memberikan apresiasi & tanggapan yang positif tentang Konsep Karnus.
Dibuat tanggal 27 Jan 2020 05:07, dilihat: 1.362 kali
https://alga-rosan.com/t52