[javascript protected email address]
Sehat dengan nutrisi dari alam Indonesia.

Inisiator Oksidatif Yang Menjadi Penyebab Penyakit Sel Abnormal

Waktu baca ± 3 menit

inisiator_oksidatif

Telah kita ketahui bahwa penyebab sel abnormal adalah inisiator oksidatif, radikal bebas dan virus. Secara umum jenis-jenis inisiator oksidatif, diantaranya yaitu:

Golongan ion valensi tinggi (multivalensi), seperti ion logam berat dan O2 yang radikal.

Tembakan elektron yaitu penyinaran dengan sinar UV dan sinar X Sinar UV memiliki energi yang tinggi dan bisa membuat eksitasi elektron (loncatan elektron). Oleh karena itu sinar UV dibutuhkan oleh tanaman untuk melakukan fotosintesis. Lalu bagaimana dengan manusia? Sifat sinar UV sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Sinar UV memiliki sifat menembakkan atau mengeksitasi elektron dan berlaku pada tumbuhan dan manusia. Oleh karena itu, supaya manusia tidak terpapar sinar UV, maka Sang Pencipta memberikan pigmen kulit.

Ketika ada sinar UV, maka sensor tubuh kita akan mengetahui dan merespon dengan membentuk melanin, sehingga warna kulit menggelap. Dengan menggelapnya warna kulit tersebut maka foton menjadi tidak bisa menembus ke jaringan sel dibawah dermis (kulit). Sehingga kulit yang gelap ini akan melindungi DNA sel dari sinar UV.

Bagaimana sampai bisa terpapar efek UV dan mengubah DNA? Pada kasus ini terjadi pada orang-orang yang suka memutihkan kulit. Proses memutihkan kulit bekerja dengan cara menghalangi pembentukan melanin, sehingga tidak ada perintah bagi sistem kulit untuk membuat proteksi dari sinar UV, kulit menjadi putih terang sehingga sinar UV bisa menembus dermis dan mengubah DNA. Kemudian paparan sinar X kebanyakan terjadi di beberapa laboratorium, misal rontgen yang dalam prosesnya menembakkan banyak elektron sehingga sinar X bisa mengubah DNA dan memicu terjadinya sel abnormal pada orang-orang yang berada di sekitar laboratorium tersebut.

Logam berat seperti ion Hg, ion Cu, ion Ar, dll Logam berat ini menjadi masalah ketika jumlahnya banyak dan tubuh tidak bisa mentoleransinya dengan cara tubuh mendonorkan atau menangkap elektron dari logam berat tersebut supaya tidak menjadi inisiator oksidatif. Logam ini banyak terdapat di beberapa produk, misalnya: produk kosmetik terutama pada produk yang mengelupas kulit, pewarna makanan, flavouring, dan aroma-aroma sintetis, Asap knalpot (gas CO), reaksi kimia di laboratorium, kloroform, aseton dan lain-lain yang mempunyai reaksi oksidasi cukup tinggi, Polusi industri yang banyak menghasilkan gas-gas beracun, Obat hama tanaman maupun hewan (pestisida, insektisida, herbisida)

Jadi pada intinya, di dalam DNA banyak sekali terdapat ikatan nitrogen. Dalam kehidupan sehari-hari, reaksi karbon dan nitrogen akan membentuk ikatan kovalen yang berujung pada keseimbangan gas ideal. Bayangkan jika tubuh kita terpapar logam yang memiliki valensi tinggi dan tidak memiliki pasangan, maka otomatis dia akan berusaha merampas elektron dari molekul atau zat lainnya. Jika elekron yang dirampas tersebut merupakan bagian dari DNA, maka DNA akan berubah dan lahirlah sel yang berbeda dari sifat asalnya. Contoh kanker akibat ion multivalensi adalah kasus Chernobyl.

Pada saat nuklir meledak akhirnya nuklir menginisiasi air, sehingga molekul air kelebihan elektron dan menjadi tidak seimbang. Sesuatu yang tidak seimbang pasti akan berusaha menjaga keseimbangannya. Kemudian air tersebut diminum oleh seseorang, hewan maupun tanaman. Molekul air yang tidak seimbang itupun akan mengambil ikatan organik yang paling lemah di tubuh dan menjadi radikal yang baru. Jika diambil dari DNA maka tentu akan ada kehidupan sel yang berubah sifatnya, jika diambil dari sel maka sel akan mati, jika elektron diambil dari molekul di tubuh kita, maka akan terjadi kelainan sel dan kerusakan sel yang parah.

Golongan Radikal Bebas

Golongan radikal bebas Radikal bebas adalah senyawa yang terbentuk dari senyawa non radikal yang kehilangan atau mendapatkan tambahan satu elektron. Contohnya oksigen yang mendapat tambahan satu elektron menjadi superoxide. Mayoritas senyawa radikal bebas di tubuh manusia dihasilkan dari golongan lemak. Itulah mengapa disini lambung berperan penting.

Kondisi lambung dengan performa baik, maka tidak akan banyak lemak dalam darah. Sedangkan kondisi lambung yang performanya buruk memungkinkan banyaknya lemak dalam darah. Jika banyak lemak yang ada dalam darah, maka risikonya banyak terdapat radikal bebas di dalam tubuh. Seperti halnya pasien penyakit degeneratif yang lainnya, mayoritas pasien kanker juga memiliki masalah sakit lambung atau maag yang tidak pernah selesai. Masalah lambung ini membuat tubuh gagal memetabolisme trigliserida, sehingga trigliserida akan menumpuk dalam pembuluh darah dan gagal masuk ke dalam sel. Selain itu darah juga membawa oksigen.

Trigliserida yang secara terus menerus bertemu dengan oksigen akan mengalami oksidasi parsial yang akhirnya menghasilkan ion-ion radikal. Pembuktian lemak yang mengalami oksidasi parsial bisa kita temui pada kehidupan sehari-hari, misalnya minyak goreng (lemak) yang diberi batu oksigen akan mengalami ketengikan. Tengik itulah tanda bahwa telah terjadi reaksi oksidasi parsial. Trigliserida tidak bisa masuk ke dalam sel secara langsung. Telah kita ketahui bahwa sel hanya bisa menerima asam lemak. Itulah sebabnya jika kita gagal memecah trigliserida menjadi asam lemak, otomatis dia akan menumpuk dalam pembuluh darah dan potensi lemak trigliserida tersebut bertemu oksigen akan semakin meningkat. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya reaksi oksidasi parsial yang akan menghasilkan radikal peroksil atau keton radikal. Karena ukurannya yang kecil maka zat radikal ini bisa masuk ke dalam sel. Ketika radikal peroksida masuk ke dalam sel, zat ini bisa menjadi inisiator dan mengubah DNA, kemudian muncul sel abnormal atau kanker

Radikal bebas ini bisa dinetralkan dengan pemberian antioksidan, tetapi jika inisiator oksidatifnya tidak dihentikan maka percuma saja. Itulah sebabnya jika pasien kanker hanya diberi antioksidan saja, maka tidak akan sembuh. Padahal radikal bebas ini adalah produk dari sesuatu dalam tubuh kita sendiri atau makanan yang gagal dicerna. Jadi harus dipahami terlebih dulu. Lalu bagaimana penanganan yang tepat? Hal pertama yang harus dilakukan adalah menangkap radikal bebas dengan pemberian antioksidan. Kemudian memperbaiki metabolisme dengan merekonstruksi lambung dan mengatur pola makan. Kita harus memastikan lemak yang kita konsumsi harus diubah menjadi asam lemak. Maka, pastikan lambung dalam kondisi sehat dan dapat bekerja optimal.

Sudah dibahas sebelumnya bahwa lemak yang gagal dimetabolisme oleh tubuh akan menumpuk di pembuluh darah membuat pertemuan trigliserida dengan oksigen makin sering dan potensi oksidasi parsial makin tinggi. Selain itu ternyata juga mungkin terdapat inisiator multivalensi sehingga terjadi oksidasi parsial, membentuk radikal bebas sampai mengubah mRNA bahkan DNA. Jadi inisiator multivalensi memiliki aksi ganda. Inisiator ini bisa langsung masuk ke DNA jika besar jumlahnya atau hanya sebagai “mak comblang” diantara oksigen dengan lemak dalam darah kita yang gagal dicerna. Sehingga terjadilah radikal peroksida. Radikal peroksida inilah yang akan masuk ke dalam sel dan mengubah DNA. Sel manapun bisa diinisiasi oleh radikal peroksida ini.

Virus

Secara garis besar, kanker disebabkan oleh dua hal, yang pertama adalah ion valensi dan radikal bebas, yang kedua oleh virus. Intinya keduanya mengubah DNA atau RNA. Jadi virus bertemu dengan sel sesuai dengan reseptornya. Jika ada reseptor sel yang cocok, maka virus akan masuk ke dalam sel. Virus masuk melalui reseptor sel untuk melakukan replika. Virus yang berpotensi menyebabkan kanker adalah virus DNA. Contoh kanker yang disebabkan oleh virus diantaranya yaitu kanker serviks dan kanker hati.


Dipublikasikan tanggal 08 Mar 2024 08:00, dilihat: 277 kali
 https://alga-rosan.com/p508